Situs-Situs Budaya Keraton Buton

Tugas akhir metodologi penelitian SITUS-SITUS KERATON BUTON

Sabtu, 26 Desember 2009

Situs-Situs Budaya Di Keraton BUTON

  1. Jangkar
    Berawal pada tahun 1752, jangkar tersebut adalah milik VOC yang bernama Rusten Werk. Kapal tersebut tenggelam di peairan Pulau Buton. Pada penduduk setempat utamanya penduduk wilayah Keraton Kota Bau – Bau menjarah isi kapal tersebut dan mengambil salah satu isinya yang berupa JANGKAR dan saat ini jangkar tersebut menjadi salah satu benda bersejarah diwilayah Keraton Kota Bau – Bau letak jangkar tersebut berada didepan Masjid Agung Keraton bagian kiri.




  2. Masjid Agung Keraton
    Masjid Agung Keraton adalah Masjid yang terdapat disekitar wilayah Buton Raya khususnya disekitar wilayah Keraton. Masjid Agung Keraton didirikan pada pada pemerintahan Langkariyriy yaitu Sultan Sakiuddin Durul. Masjid Agung Keraton. Jangkar Berawal pada tahun 1752, jangkar tersebut adalah milik VOC yang bernama Rusten Werk. Kapal tersebut tenggelam di peairan Pulau Buton. Pada penduduk setempat utamanya penduduk wilayah Keraton Kota Bau – Bau menjarah isi kapal tersebut dan mengambil salah satu isinya yang berupa JANGKAR dan saat ini jangkar tersebut menjadi salah satu benda bersejarah diwilayah Keraton Kota Bau – Bau letak jangkar tersebut berada didepan Masjid Agung Keraton bagian kiri. mempunyai ukuran 20,6 x 19,40 m, lantai dan tangganya terbuat dari semen dan kemudian direnovasi dan diganti dengan keramik, atap awalnya menggunakan daun nipa. kemudian selanjutnya atap yang lapuk semuanya diganti dengan seng.Menurut seorang pakar budaya yaitu Bapak Hazrul “Masjid Agung Keraton awalnya fungsinya hanya untuk sembahyang tapi selanjutnya Masjid Agung Keraton pun difungsikan sebagai tempat pelantikan Sultan Buton serta sebagai tempat mengangkat sumpah bagi orang - orang yang bersalah”. Masjid Agung Keraton juga merupakan salah satu dari sembilan Masjid kuno di Indonesia. Masjid Agung keraton ditetapkan oleh pemerintah RI sebagai benda cagar budaya atau situs berdasarkan situs keputusan Mentri Kebudayaan dan Pariwisata No : KM.8/PW.007/MKP.03 Tanggal 04 Maret 2003.Makam Sultan Murhum Kaimuddin Khalifah Hamis, makam berbentuk persegi 4 dengan orientasi utara selatan nisan terbuat dari batuan karts dengan ukuran badan makan 6 x 4 cm. Makam ini dibuat bersamaan dengan wafatnya almarhum tahun 1584, jirat makam diperbaiki tahun 1929, dan tahun 1972 dibuatkan sarana jalan menuju situs.




  3. Makam Sultan Murhum
    Makam Sultan Murhum Kaimuddin Khalifah Hamis, makam berbentuk persegi 4 dengan orientasi utara selatan nisan terbuat dari batuan karts dengan ukuran badan makan 6 x 4 cm. Makam ini dibuat bersamaan dengan wafatnya almarhum tahun 1584, jirat makam diperbaiki tahun 1929, dan tahun 1972 dibuatkan sarana jalan menuju situs.



  4. Kasulana Tombi/Tiang Bendera
    Kasulana Tombi / Tiang Bendera ini didirikan pada tahun 1712 pada akhir abad ke 17 untuk mengibarkan Tombi kesultanan buton “longa – longa” Bahan dasar terbuat dari kayu jati dengan ketinggian 21 meter dari permukaan tanah yang diameternya 25 cm hingga 70 cm.





  5. Liana Latoondu / Gua Arupalaka
    Gua ini merupakan sebuah cerok kecil bentukan alam setinggi kurang lebih 1,5 m. gua ini pernah dijadikan sebagai tempat persembunyian latoondu (arupalaka) seorang raja Bone yang cukup berpengaruh ditanah Bugis. Ia melarikan diri ke Buton tahun 1660 dan menetap untuk waktu yang tidak begitu lama. Kemudian kembali ke Sulawesi selatan memimpin perlawanan menghadapi Gowa.



  6. Lawana Lanto
    Lawana lanto ini menghubungkan keraton, lawana ini dibuka pada tahun 800. Lawana Lanto adalah pintu utama dimana tamu- tamu harus masuk dipintu tersebut.
    Batu Popaua (Batu Pelantikan) Tidak diketahui secara pasti darimana batu ini berasal dan darimana mulai berada ditempat ini. Diduga mulai difungsikan sekitar abad ke 14 bersamaan dengan tampilnya kerajaan buton dalam panggung sejarah Nusantara. Pertama kali dipakai untuk pelantikan raja Buton 1 Wakaa – kaa dan kemudian untuk pelantikan raja dan sultan selanjutnya. Pada tahun 1929 upaya upaya Sultan Muhammad Hamidi dibuatkan atap sebagai pelindung matahari dan hujan. Perbaikan atap dilakukan tahun 1993 dan tahun 2002 dipagar dengan batu setinggi 175 cm.





  7. Benteng Keraton
    Benteng Keraton merupakan benteng yang dibangun untuk melindungi keraton, disepanjang benteng tersebut terdapat 12 pintu , dimana pintu itu sebagai tempat keluar masuknya masyarakat, kesultanan dan tamu. Pembangunan benteng ini mulai dirancang sejak pemerintahan sultan ke 1 dan pada akhirnya dapat diselesaikan pada pemerintahan sultan ke 6. Pembuatan benteng dikerjakan oleh masyarakat pribumi khususnya bagi semua kaum laki – laki yang ada di Buton ini . sehingga pada masa itu terjadi angka kelahiran akibat semua laki – laki saat itu melakukan gotong royong untuk membangun benteng. Benteng keraton terbuat dari batuan – batuan yang terdiri campuran pasir, kapur, putih telur nabati dan lain – lain yaitu lem – lem kayu sehingga membuat benteng menjadi kokoh dan kuat terhadap segala macam ancaman. Benteng ini memiliki luar luas sekitar 22,8 hektar, panjang 2740 m atau 3 km.



  8. Lawana Waborobo
    Lawana dalam bahasa Indonesia artinya pintu sedangkan waborobo adalah nama sebuah perkampungan yang ada disekitar atau diwilayah keraton. Pada masa keraton itu dibangun dengan system kerja paksa maka warga sekampung waborobo mengambil bagian dalam pelaksanaan pembuatan pintu tersebut disebut dengan nama waborobo atau lawana waborobo dengan ukuran kurang lebih 2,20 x 1,50 m dengan bentuk yang indah. Seperti kita ketahui bahwa pintu itu adalah tempat, atau jalan keluar masuk untuk menuju dari ruang satu keruangan yang lain atau dari tempat satu menuju dari tempat yang satu menuju ketempat yang lain. Begitu halnya dengan pintu tersebut.



  9. Batu wolio / Petirtaan
    Diperkirakan pada abad ke 14. Yakni sebuah tugubatu setinngi 1 meter yang berfungsi sebagai tempat pengambilan air suci untuk dimandikan kepada calon raja / sultan sebelum beliau dilantik. Namun Batu Wolio ini bias juga digunakan untuk wudhu. Menurut para cerita masyarakat pada narasumber yang kita jumpai bahwa apabila beliau belum membasuh muka atau memegang batu petirtaan berarti mereka belum pernah datang di Buton.



  10. Baluarana Godona batu
    Baluarana godona batu didirikan pada masa pemerintahan Sultan Malingkuna pada tahun 1595 daerah pulau Buton mengalami kekeringan selama masa pemerintahannya dari yang tidak dapat diselesaikannya. Tidak lama kemudian Sultan Malingkuna digantikan jabatannya oleh Sultan Dayanu Ikhsanuddin pada tahun 1635 – 1645 pekerjaan berlanjut selama 10 tahun. Semua warga Buton bekerja bakti untuk benteng tersebut. Jika pekerjaan tidak terselesaikan maka entah apa yang akan terjadi dipulau Buton ini. Kemudian hadir seorang perempuan yang kaya bernama Wa Ode Bau, dia menyumbangkan perhiasan satu tudung saji diserahkan kepada kerajaan Buton untuk terlaksananya pekerjaan benteng itu akhirnya diselesaikan pada tahun 1647



  11. Batu Popaua (Batu Pelantikan)
    Tidak diketahui secara pasti darimana batu ini berasal dan darimana mulai berada ditempat ini. Diduga mulai difungsikan sekitar abad ke 14 bersamaan dengan tampilnya kerajaan buton dalam panggung sejarah Nusantara. Pertama kali dipakai untuk pelantikan raja Buton 1 Wakaa – kaa dan kemudian untuk pelantikan raja dan sultan selanjutnya.Pada tahun 1929 upaya upaya Sultan Muhammad Hamidi dibuatkan atap sebagai pelindung matahari dan hujan. Perbaikan atap dilakukan tahun 1993 dan tahun 2002 dipagar dengan batu setinggi 175 cm.